Belajar dari Kisah
Selasa, 22 Mei 2007 jam 5.30 di Indosiar.
DELAPAN RATUS RIBU BISA KE BAITULLAH
Diceritakan oleh Bp. Bobby Herwibowo.
Kisah pak Trimo yang bekerja sebagai pemulung sampah dengan penghasilan 800 ribu rupiah per bulan, tinggal di wilayah Ciputat rumah gubuk. Kebiasaan pak Trimo setiap hari selesai mengumpul sampah dan setoran kemudian pulang kerumah langsung menuju kamar mandi.
Sore itu pak Trimo pulang, pada waktu menuju kamar mandi didapatinya sang istri sedang duduk diam terpaku didepan televisi sambil air matanya terus menetes tidak menyadari kehadiran suaminya. Pak Trimo hanya berpikir bahwa ibu Siti Jumroh (istrinya) sedang menonton Telenovela yang sangat mengharukan jadi didiamkan saja. Namun ketika hari ke 2, 3, 4 masih seperti itu akhirnya pak Trimo bertanya “Istriku, Telenovela apa sih yang sedang kamu tonton kok setiap hari sampe air matamu nggak habis2 tho?” Istrinya menjawab “Pak, lihat di televisi itu gambar orang2 di lapangan terbang pake seragam semua yang laki2 pake baju putih, yang perempuan bergonya putih2…itu mereka lagi pada mau berangkat ke Baitullah tanah suci Mekah, aku pingiin banget bisa seperti mereka.” Pak Trimo terharu namun segera menyadarkan istrinya kalau mereka adalah keluarga miskin dan nggak mungkin akan tercapai cita-cita istrinya. “Bu, sadarlah kita kan orang miskin..penghasilanku aja Cuma 800 ribu udah buat hari2 cukup saja sudah syukur, mana mungkin bisa ke Tanah Suci?” begitu kata pak Trimo.
Diluar dugaan sang istri menjawab “Pak, aku punya kok tabungan sekarang ini kira2 sudah 20 jutaan.” Pak Trimo kaget “Lho, kok bisa?” “Ya, sejak muda aku nabung pingin sekali bisa ke Mekah” jawab sang istri. Akhirnya si istri memperlihatkan kepada suaminya sebuah kotak dari kayu dan benar saja begitu dibuka isinya dan di hitung jumlahnya sudah 20 juta lebih. “Kira2 kurang berapa lagi Bu?” tanya pak Trimo. “10 juta lagi Insya Allah aku bisa pak ke Baitullah” kata bu Siti Jumroh. “Ya sudah, sabar ya aku akan berusaha sekuat tenaga cari uang itu supaya ibu bisa pergi ke sana.” Optimis pak Trimo menjawab.
Hari berikutnya pak Trimo selesai sholat Maghrib dan Isya di Mesjid beliau ikut duduk2 kumpul bersama tetangga di sebuah pos depan warung. Malam semakin larut dan dingin satu persatu tetangga pulang, hingga tinggal pak Trimo dan 1 orang tetangganya. Si pak Tetangga berkata “Mo, kamu kan tenaganya kuat…tolong dong aku di pijit”. Dengan senang hati pak Trimo memijit tetangga tersebut dan Alhamdulillah selesai di pijit si Tetangga memberikan uang sebesar Rp. 20 ribu. Sejak itu setiap malam ada saja yang minta dipijit sehingga menjadi pekerjaan tambahan bagi pak Trimo.
Singkat cerita, 2 tahun yang lalu istri pak Trimo yaitu ibu Siti Jumroh tercapai cita2nya berangkat ke Tanah Suci Mekah menunaikan Ibadah Haji.
Subhanallah ada pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah diatas bahwa seorang pemulung dengan penghasilan boleh dibilang minim untuk memenuhi kebutuhan keluarga (istri dan anak2nya), bahkan tinggalpun di sebuah gubuk darurat bisa memberangkatkan istrinya yang punya cita2 ke Baitullah. Bagaimana dengan kita? Adakah kita rindu untuk bisa menjadi tamu Allah di Baitullah?
Ya Allah...kami rindu kepada Mu..tumbuh suburkan cinta kami kepadaMu...undanglah kami ke rumahMu di Baitullah Mekah menunaikan rukun Islam yang ke lima....amin.
Posting by Yuni
No comments:
Post a Comment